Roberto Martinez, Pelatih Sepakbola Kelahiran Spanyol yang Menaklukkan Dunia
Roberto Martinez adalah seorang pelatih sepakbola kelahiran Spanyol yang memiliki karir yang cemerlang di dunia sepakbola. Namun, tidak banyak orang yang tahu bahwa ia memulai karirnya di klub kecil Wigan Athletic, yang pada saat itu bermain di divisi keempat Liga Inggris. Berikut adalah kisah sukses Roberto Martinez yang dimulai dari klub kecil Wigan Athletic hingga berhasil menaklukkan dunia sepakbola.
Karir Awal di Wigan Athletic
Pada musim panas tahun 1995, Roberto Martinez bergabung dengan Wigan Athletic sebagai pemain. Saat itu, Martinez masih berusia 22 tahun dan berasal dari kota kecil di Catalonia, Spanyol, yang bernama Balaguer. Namun, Martinez awalnya tidak tahu di mana Wigan berada dan merasa bingung dengan tawaran bergabung dari klub kecil tersebut.
Namun, Martinez melihat kesempatan untuk tumbuh dan berkembang di klub kecil tersebut, terutama setelah bergabung bersama dengan dua pemain Spanyol lainnya, Jesus Seba dan Isidro Diaz. Ketiganya kemudian dijuluki sebagai “the three amigos”. Martinez merasa sangat terbantu dengan kehadiran dua temannya tersebut dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan dan gaya hidup di Inggris.
Meskipun Martinez awalnya berencana untuk hanya tinggal selama dua tahun di Wigan, namun ia akhirnya terbawa suasana dan memutuskan untuk tetap bertahan selama 6 tahun di klub tersebut. Selama bermain di Wigan, Martinez berhasil membawa klub tersebut naik ke divisi dua Liga Inggris.
Karir Selanjutnya di Kancah Internasional
Setelah meninggalkan Wigan pada tahun 2001, karir Roberto Martinez terus menanjak. Ia kemudian menjadi pemain dan pelatih di beberapa klub di Spanyol, Inggris, dan Skotlandia. Namun, karir terbaik Martinez sebagai pelatih dimulai ketika ia ditunjuk sebagai pelatih klub Swansea City pada tahun 2007.
Di Swansea City, Martinez berhasil membawa klub tersebut promosi ke divisi dua Liga Inggris dan memenangkan gelar juara pada tahun 2008. Prestasi tersebut membuat Martinez menjadi salah satu pelatih paling dihormati di Inggris.
Martinez kemudian melanjutkan karirnya di klub Wigan Athletic sebagai pelatih pada tahun 2009. Di klub yang pernah ia bela sebagai pemain tersebut, Martinez berhasil membawa klub tersebut memenangkan trofi Piala FA pada tahun 2013, setelah mengalahkan Manchester City 1-0 di final.
Pada tahun 2013, Martinez dipercaya untuk melatih klub raksasa Inggris, Everton. Meskipun prestasi Martinez di klub tersebut tidak sebaik di Wigan, namun ia tetap dianggap sebagai salah satu pelatih paling inovatif di Inggris.
Martinez kemudian melanjutkan karirnya di Belgia, di mana ia melatih klub raksasa Anderlecht. Prestasi terbaik Martinez di Belgia adalah ketika ia membawa Anderlecht ke final Piala Belgia pada tahun 2020.
Martinez saat ini sedang melatih tim nasional Belgia dan dianggap sebagai salah satu pelatih paling sukses di dunia. Ia diharapkan dapat membawa Belgia meraih trofi Piala Dunia pada tahun 2022.
Budaya Sepakbola Inggris yang Berbeda
Roberto Martinez memulai karirnya di Inggris pada tahun 1995, ketika sepakbola Inggris masih sangat berbeda dengan sepakbola Spanyol. Martinez mengaku terkejut dengan budaya sepakbola Inggris yang sangat berbeda dengan sepakbola Spanyol.
Salah satu perbedaan terbesar yang dirasakan Martinez adalah cara pendekatan taktik dalam sepakbola Inggris yang sangat berbeda dengan sepakbola Spanyol. Menurut Martinez, sepakbola Inggris lebih mengutamakan fisik dan kecepatan, sementara sepakbola Spanyol lebih mengutamakan teknik dan kreativitas.
Namun, Martinez berhasil menyesuaikan diri dengan budaya sepakbola Inggris dan belakangan menjadi salah satu pelatih paling inovatif di Inggris. Ia berhasil mengkombinasikan pendekatan taktik Inggris yang lebih fisik dengan pendekatan taktik Spanyol yang lebih teknis dan kreatif.
Martinez juga berhasil menyesuaikan diri dengan budaya makanan Inggris, yang sangat berbeda dengan makanan Spanyol. Ia mengaku terbuka untuk mencoba berbagai jenis makanan Inggris, termasuk pie kentang dan daging yang menjadi makanan khas di Wigan.
Namun, Martinez tetap mengakui bahwa ia lebih menyukai makanan Spanyol, terutama makanan Italia. Ia sering mengunjungi restoran Italia bernama Milano, yang dimiliki oleh seorang Spanyol, dan menghabiskan waktu berjam-jam di sana, sambil menikmati makanan dan berbincang-bincang dengan teman-temannya.
Disarikan dari: Sumber