Ketakutan Menghantui Dua Pemain Charlton, Tolak Ambil Penalti Saat Tersisih dalam Play-Off Final Melawan Sunderland 4-4

Kisah Dramatis Final Play-Off Divisi Pertama 1998 antara Charlton Athletic dan Sunderland

Final play-off Divisi Pertama 1998 antara Charlton Athletic dan Sunderland dianggap sebagai salah satu pertandingan terhebat dalam sejarah play-off. Pertandingan tersebut berakhir dengan skor 4-4 setelah 120 menit dan memasuki babak adu penalti.

Striker Charlton, Clive Mendonca, yang mencetak hat-trick dalam pertandingan tersebut, dengan percaya diri mengambil tendangan penalti pertama untuk Charlton. Ia berhasil mengonversi tendangannya, begitu pula dengan 12 pemain lainnya yang mengambil tendangan penalti di Wembley pada hari itu.

Namun, tidak semua pemain ingin mengambil tendangan penalti. Menurut Mendonca, Richard Rufus dan Steve Jones menolak untuk mengambil tendangan penalti. “Mereka sangat ketakutan,” ujar Mendonca. “Hal terakhir yang ingin kamu lakukan adalah menjadi pemain yang gagal. Kamu bisa menjadi pemain terbaik di dunia, tetapi yang kamu kenal hanyalah sebagai pemain yang gagal dalam satu tendangan penalti, yang sangat buruk dan tidak adil.”

Rufus bahkan mendorong Shaun Newton maju sebagai pemain yang harus mengambil tendangan penalti ketujuh untuk Charlton. Newton berhasil mencetak gol, dan kemudian giliran bek kiri Sunderland, Michael Gray, mengambil tendangan penalti.

Saat Gray berjalan menuju titik penalti, Charlton berharap untuk menyelamatkan pertandingan. Beberapa orang di dunia sepak bola menganut teori bahwa pemain yang menggunakan kaki kiri lebih buruk dalam tendangan penalti – sebuah teori yang sebagian didukung oleh statistik.

Manajer Charlton, Alan Curbishley, menjelaskan: “Asisten saya, Keith Peacock, berkata pada saya, ‘Sialan, dia pemain kaki kiri – ini kali pertama – jangan melihatnya’. Jadi saya tidak melihatnya. Ketika saya tidak mendengar sorakan, saya tahu bahwa Sasa Ilic telah menyelamatkan tendangan itu.

Dengan penyelamatan itu, Charlton berhasil masuk ke Premier League, sementara Sunderland harus menunggu satu musim lagi sebelum akhirnya promosi sebagai juara.

Kepercayaan Diri dan Teknik Membuat Penalti

Adu penalti selalu menjadi bagian yang menegangkan dalam sepak bola. Bahkan pemain terbaik di dunia bisa gagal dalam momen penting seperti itu. Namun, ada beberapa pemain yang memiliki teknik dan kepercayaan diri yang tinggi dalam membuat tendangan penalti, seperti yang dilakukan oleh Clive Mendonca dan Michael Gray.

Mendonca, yang mencetak hat-trick dalam pertandingan final play-off Divisi Pertama 1998, tidak ragu untuk mengambil tendangan penalti pertama untuk Charlton. Ia mengonversi tendangannya, menunjukkan kepercayaan dirinya yang tinggi dalam momen kritis.

Sementara itu, Gray, bek kiri Sunderland, juga dikenal memiliki kepercayaan diri yang tinggi dalam membuat tendangan penalti. Menurut manajer Sunderland saat itu, Peter Reid, Gray sangat pandai dalam membuat tendangan keras. Gray berhasil mengonversi dua tendangan penalti dalam pertandingan play-off sebelumnya.

Namun, bahkan pemain dengan teknik dan kepercayaan diri yang tinggi seperti Mendonca dan Gray bisa gagal dalam momen penting tersebut. Itulah mengapa adu penalti selalu menjadi momok yang menakutkan bagi para pemain dan penggemar sepak bola.

Dalam membuat tendangan penalti, teknik dan kepercayaan diri sama-sama penting. Pemain harus memahami teknik yang tepat untuk membuat tendangan yang keras dan akurat, serta harus memiliki kepercayaan diri yang cukup untuk mengatasi tekanan dan membuat keputusan yang tepat dalam momen kritis. Kombinasi dari kedua faktor tersebut dapat membantu pemain mencetak gol dan memberikan keuntungan bagi timnya.

Disarikan dari: Source