Tiemoue Bakayoko Meninggalkan Chelsea Setelah Sebuah Perjalanan yang Bermasalah
Tiemoue Bakayoko telah resmi meninggalkan Chelsea setelah masa depannya yang bermasalah di klub tersebut. Pemain tengah asal Prancis tersebut memulai karirnya di Monaco dan menjadi bagian dari skuat Monaco yang mencapai semifinal Liga Champions musim 2016-2017. Meskipun Monaco kalah dalam pertandingan tersebut melawan Juventus, beberapa pemain seperti Kylian Mbappe dan Bernardo Silva berhasil mendapatkan transfer besar pada musim panas berikutnya. Bakayoko juga termasuk salah satu pemain yang mendapatkan transfer besar tersebut.
Chelsea, yang saat itu sedang mencari gelandang bertahan untuk berpasangan dengan N’Golo Kante, membeli Bakayoko dengan harga £40 juta. Bakayoko datang ke Liga Premier dengan reputasi besar dan diharapkan dapat melanjutkan perkembangannya yang mengesankan. Namun, dia kesulitan untuk mendapatkan tempat tetap di skuat utama Chelsea dan dipinjamkan ke beberapa klub Eropa, termasuk Napoli dan AC Milan.
Akibatnya, Bakayoko yang tidak pernah tampil untuk Chelsea sejak musim 2017-2018, hampir pasti akan meninggalkan klub setelah kontraknya berakhir musim panas ini. Pada Jumat lalu, klub tersebut mengkonfirmasi kepergiannya melalui situs resmi mereka. Dalam pengumuman tersebut, klub mengatakan, “Pemain tengah ini bergabung dengan Chelsea dari Monaco pada tahun 2017 dan sering tampil di bawah kepelatihan Antonio Conte, dengan total 43 penampilan dan bermain seluruh pertandingan final Piala FA 2018 melawan Manchester United. Dia mencetak tiga gol selama kampanye tersebut.”
Selama enam tahun di Stamford Bridge, Bakayoko yang hanya memiliki satu caps internasional senior, mencetak tiga gol dalam 43 pertandingan di semua kompetisi. Namun, performanya yang tidak konsisten dan masalah adaptasi di Liga Premier membuatnya sulit untuk mendapatkan tempat tetap di tim utama Chelsea.
Masalah Adaptasi dan Pergantian Pelatih Membayangi Karir Bakayoko di Chelsea
Salah satu alasan utama di balik kegagalan Bakayoko di Chelsea adalah masalah adaptasi. Pemain tersebut kesulitan untuk beradaptasi dengan gaya permainan di Liga Premier dan membutuhkan waktu yang lama untuk menyesuaikan diri dengan tuntutan fisik dan taktik liga tersebut. Ini terlihat dari penampilannya yang tidak konsisten dan kurangnya kontribusi signifikan dalam pertandingan.
Selain itu, pergantian pelatih di Chelsea juga mempengaruhi perkembangan Bakayoko. Dia datang ke klub saat Antonio Conte menjadi manajer, yang memilihnya sebagai bagian penting dari skuatnya. Namun, setelah Conte dipecat pada akhir musim 2017-2018, Bakayoko kehilangan tempatnya di tim utama dengan kedatangan pelatih baru, Maurizio Sarri, yang memiliki preferensi taktik yang berbeda.
Peminjaman ke klub lain seperti Napoli dan AC Milan juga tidak membantu Bakayoko untuk mendapatkan stabilitas dan kepercayaan diri yang dibutuhkannya di Chelsea. Meskipun Bakayoko tampil cukup baik dalam beberapa pertandingan untuk klub-klub tersebut, dia tidak mampu menunjukkan konsistensi yang dibutuhkan untuk menjadi pemain inti di Chelsea.
Kini, dengan kepergiannya dari Chelsea, Bakayoko akan mencari tantangan baru untuk melanjutkan karirnya. Ada spekulasi bahwa dia mungkin kembali ke Prancis atau mencoba peruntungan di liga lain di Eropa. Bakayoko masih memiliki potensi untuk menjadi pemain yang baik dengan pengalaman dan kualitas yang dimilikinya. Namun, dia perlu menemukan lingkungan yang tepat dan pelatih yang dapat membantunya mengembangkan potensinya secara maksimal.
Dalam kesimpulan, kepergian Tiemoue Bakayoko dari Chelsea menandai akhir perjalanan yang bermasalah bagi pemain tengah asal Prancis tersebut di klub tersebut. Masalah adaptasi dan pergantian pelatih menjadi faktor utama yang mempengaruhi perkembangannya di Chelsea. Meskipun demikian, Bakayoko masih memiliki potensi untuk menjadi pemain yang baik dan kami berharap dia dapat menemukan lingkungan yang tepat untuk melanjutkan kariernya dengan sukses di masa depan.
Disarikan dari: Citation