SM Entertainment’s Boy Group RIIZE Collaborates with Baskin Robbins: Sweet Partnership or Controversial Move?
Pada sebuah langkah yang mengundang kegembiraan dan kontroversi, boy group yang sedang naik daun dari SM Entertainment, RIIZE, mengumumkan kolaborasi besar-besaran dengan Baskin Robbins, salah satu jaringan es krim tercinta di Korea Selatan.
Meskipun kerjasama ini menjanjikan peluang yang manis bagi grup pendatang baru ini, tetapi juga menuai kritik dari beberapa pihak penggemar mereka.
Keraguan Penggemar terhadap Pilihan SM Entertainment
Baskin Robbins, yang dikenal karena kehadirannya yang luas di lingkungan di Korea Selatan, akan memperkenalkan “Popping Star RIIZE Ready Pack Mini” spesial yang menampilkan photocard di setiap paketnya, mengaitkan merek dengan bintang-bintang baru dunia K-pop.
Namun, keputusan untuk berkolaborasi dengan Baskin Robbins, yang berada di bawah payung SPC (Saebyuk Production Corporation) – sebuah konglomerat yang mengendalikan berbagai merek termasuk Baskin Robbins dan Paris Baguette – tidak diterima dengan baik oleh semua pihak.
Kontroversi seputar SPC bermula dari kejadian tragis pada tahun 2022 ketika seorang pekerja berusia 23 tahun kehilangan nyawanya selama menjalani shift memanggang roti di pabrik Paris Baguette. Meskipun kejadian tragis tersebut, perusahaan melanjutkan operasi pabrik segera setelahnya, yang mengundang kritik luas terhadap penanganan kondisi dan hak-hak pekerja.
Dalam lingkungan yang tegang ini, para penggemar RIIZE mulai mempertanyakan keputusan SM Entertainment untuk bekerja sama dengan perusahaan yang terlibat dalam masalah yang kontroversial ini. Kekhawatiran mereka tercermin dalam diskusi-diskusi dan komentar-komentar online, yang berkisar dari ketidakpercayaan hingga rasa kecewa.
Netizen telah menggunakan berbagai platform untuk menyuarakan kekhawatiran mereka, dengan komentar-komentar seperti:
- “Apakah SM Entertainment dalam keadaan waras?”
- “Kenapa mereka mencoba membantu membenarkan hal-hal yang terjadi di SPC?”
- “Target audiens mereka masih remaja, jadi apakah mereka benar-benar harus memilih perusahaan itu?”
- “Saya adalah penggemar RIIZE, tetapi saya tidak akan membeli Baskin Robbins.”
- “Kenapa mereka harus memilih SPC dari semua perusahaan? Seorang pekerja lagi-lagi meninggal di pabrik mereka belum lama ini. Saya memboikot.”
- “SPC… Ini terlalu banyak. Belum lama ini seorang pekerja lagi meninggal… Ah…”
Reaksi-reaksi ini menggarisbawahi sensitivitas yang tinggi seputar masalah-masalah seperti ini. Meskipun kemitraan merek dapat menguntungkan bagi para artis, tetapi juga dapat membawa risiko reputasi yang signifikan.
Dalam kasus ini, perasaan publik yang kuat terhadap merek tertentu berpotensi mengalahkan pencapaian RIIZE dan mempengaruhi citra mereka di mata penggemar dan masyarakat luas.
Saat kontroversi terus berkembang, masih harus dilihat bagaimana SM Entertainment dan RIIZE akan menanggapi kekhawatiran penggemar mereka dan menjelajahi lanskap kompleks dari kemitraan perusahaan.
Reputational Risks and Corporate Partnerships
Pada saat yang sama, penambahan terbaru SM Entertainment ke dunia K-pop, RIIZE, membuat debut yang sangat dinantikan dalam acara showcase media resmi pada 4 September 2023, yang membuat netizen terbagi pendapat mengenai gaya mereka yang unik.
Kontroversi seputar SPC bermula dari kejadian tragis pada tahun 2022 ketika seorang pekerja berusia 23 tahun kehilangan nyawanya selama menjalani shift memanggang roti di pabrik Paris Baguette. Meskipun kejadian tragis tersebut, perusahaan melanjutkan operasi pabrik segera setelahnya, yang mengundang kritik luas terhadap penanganan kondisi dan hak-hak pekerja.
Dalam lingkungan yang tegang ini, para penggemar RIIZE mulai mempertanyakan keputusan SM Entertainment untuk bekerja sama dengan perusahaan yang terlibat dalam masalah yang kontroversial ini. Kekhawatiran mereka tercermin dalam diskusi-diskusi dan komentar-komentar online, yang berkisar dari ketidakpercayaan hingga rasa kecewa.
Reputational Risks in Corporate Partnerships
Reputasi merupakan aset berharga bagi setiap artis atau perusahaan, dan kemitraan merek dapat memiliki dampak yang signifikan pada citra mereka. Seperti yang terjadi dalam kasus kolaborasi RIIZE dengan Baskin Robbins, kontroversi atau masalah yang terkait dengan merek tertentu dapat membayangi prestasi dan mempengaruhi persepsi penggemar dan masyarakat secara luas.
Artis dan perusahaan harus mempertimbangkan dengan cermat dampak yang mungkin terjadi dari kemitraan dengan merek tertentu, termasuk masalah yang terkait dengan kondisi kerja, hak-hak pekerja, dan isu-isu sosial lainnya. Keputusan untuk berkolaborasi dengan merek yang terlibat dalam masalah kontroversial dapat mengundang kritik dan boikot dari penggemar dan publik.
Navigating the Complex Landscape of Corporate Partnerships
Dalam menghadapi kontroversi yang berkembang seputar kolaborasi mereka dengan Baskin Robbins, SM Entertainment dan RIIZE perlu merespons keprihatinan penggemar mereka secara tegas dan transparan. Komunikasi yang baik dengan penggemar dan masyarakat penting untuk menjaga kepercayaan dan mendapatkan dukungan dalam menghadapi situasi yang sulit.
Perusahaan juga harus mempertimbangkan kebijakan dan praktik perusahaan yang berhubungan dengan isu sosial, termasuk kondisi kerja dan hak-hak pekerja. Mendengarkan dan merespons masukan dari penggemar dan masyarakat dapat membantu memperbaiki reputasi perusahaan dan memastikan pengambilan keputusan yang lebih bertanggung jawab di masa depan.
Kemitraan merek dapat menjadi peluang yang menguntungkan, tetapi juga membawa risiko reputasi yang signifikan. Dalam dunia industri hiburan yang terus berubah, artis dan perusahaan harus bijak dalam memilih dan menjalani kemitraan dengan merek, serta memperhatikan dampaknya terhadap citra mereka di mata penggemar dan publik.