Sistem Peringatan Bencana Banjir Berbasis Kecerdasan Buatan Google Kini Tersedia di 80 Negara

Google Perluas Dukungan Flood Hub untuk 60 Negara Tambahan

Google telah memperluas dukungan Flood Hub untuk melacak ancaman banjir di 60 negara tambahan. Flood Hub adalah utilitas peramalan banjir yang diluncurkan Google pada akhir tahun lalu. Dengan bantuan kecerdasan buatan (AI), Flood Hub dapat memberi peringatan dini kepada orang-orang yang tinggal di daerah rawan banjir. Melalui perluasan dukungan ini, Google memperkirakan dapat membantu 460 juta orang yang tinggal di daerah rawan banjir di seluruh dunia.

Pada awalnya, model AI Flood Hub hanya dapat memberi peringatan orang-orang di India dan Bangladesh hingga seminggu sebelum banjir terjadi. Hal ini merupakan keuntungan besar dibandingkan teknik peramalan sebelumnya yang hanya memberi waktu 48 jam untuk persiapan. Sekarang, Flood Hub telah mendukung 80 negara termasuk negara-negara di Afrika, Asia-Pasifik, Eropa, dan Amerika Selatan dan Tengah. Google memperkirakan perluasan dukungan ini dapat membantu mengurangi dampak kerugian ekonomi senilai 10 miliar dolar yang disebabkan oleh banjir di seluruh dunia. Namun, perlu diingat bahwa Google hanya melacak banjir sungai dan bukan banjir kilat atau peristiwa pesisir.

Google kini sedang bekerja untuk membuat informasi dari Flood Hub tersedia di Search dan Maps, tempat di mana orang-orang biasanya mencari data statistik dalam situasi darurat. Hal ini merupakan langkah besar dalam membantu meningkatkan kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi bencana alam. Selain itu, Google juga menggunakan kecerdasan buatan dan citra satelit untuk melacak kebakaran hutan dan memberi peringatan kepada masyarakat yang berada dalam bahaya.

Keuntungan Dari Penggunaan Kecerdasan Buatan Di Bidang Bencana Alam

Penggunaan kecerdasan buatan (AI) bisa membantu dalam mengurangi dampak dari bencana alam. Flood Hub dari Google adalah satu contoh bagaimana AI digunakan untuk memberikan peringatan dini tentang banjir. Dalam melacak ancaman banjir, Flood Hub menggunakan model AI yang dilatih menggunakan data dari beberapa cekungan drainase. Melalui penggunaan model ini, Flood Hub dapat memberikan peringatan dini kepada orang-orang di daerah rawan banjir sehingga mereka dapat mempersiapkan diri dengan lebih baik.

Selain Flood Hub, ada berbagai teknologi AI yang digunakan untuk membantu melindungi orang-orang dari bencana alam. Misalnya, perusahaan teknologi Amerika Serikat, OneConcern, mengembangkan sistem peramalan bencana alam yang menggunakan AI. Sistem ini dapat memprediksi dampak dari gempa bumi, banjir, dan kebakaran hutan. Dalam mengembangkan sistem ini, OneConcern berkolaborasi dengan pemerintah dan badan-badan amal untuk memastikan informasi yang akurat dan terpercaya.

Namun, dalam penggunaan teknologi AI untuk melindungi masyarakat dari bencana alam, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan. Salah satunya adalah keakuratan data yang digunakan dalam melatih model AI. Data yang tidak akurat atau tidak lengkap dapat memengaruhi keakuratan model. Selain itu, teknologi AI juga harus digunakan dengan bijak dan bertanggung jawab. Ada risiko bahwa teknologi AI dapat digunakan untuk memperkuat ketimpangan kekuasaan dan melanggengkan diskriminasi yang sudah ada.

Dalam menghadapi bencana alam, teknologi AI dapat menjadi sebuah alat yang sangat bermanfaat. Namun, teknologi ini juga harus digunakan dengan bijak dan bertanggung jawab untuk memastikan keamanan dan keselamatan masyarakat.

Disarikan dari: Sumber