Humor Komputasional: Meningkatkan Interaksi Manusia-Komputer dengan Kecerdasan Buatan
Dalam pengembangan hubungan antara manusia dan komputer, humor memiliki peran yang penting dalam meningkatkan performa dan motivasi manusia. Selain itu, humor juga merupakan alat yang efektif dalam mempengaruhi mood dan menarik perhatian. Oleh karena itu, memiliki humor komputasional memiliki potensi besar dalam meningkatkan interaksi manusia-komputer (HCI). Sayangnya, meskipun studi tentang humor komputasional telah berlangsung lama, komputer yang diciptakan masih jauh dari “lucu”. Masalah ini bahkan dianggap sebagai AI-complete. Namun, berbagai peningkatan dan penemuan terbaru dalam machine learning (ML) memberikan peluang baru dalam pengolahan bahasa alami (NLP).
Model bahasa besar berbasis transformer semakin mampu merefleksikan dan menangkap pengetahuan implisit, termasuk moralitas, humor, dan stereotipe. Humor seringkali bersifat subliminal dan dipengaruhi oleh nuansa-nuansa kecil. Oleh karena itu, terdapat alasan untuk optimisme mengenai perkembangan humor buatan yang lebih canggih di masa depan dengan adanya sifat-sifat baru dari model bahasa besar tersebut. Salah satu contoh yang menarik adalah ChatGPT dari OpenAI. Model ini memungkinkan pengguna untuk berinteraksi melalui API chat publik dan dapat merespons berbagai pertanyaan dengan mempertimbangkan konteks percakapan sebelumnya. Seperti yang terlihat pada Gambar 1, model ini bahkan dapat memberikan lelucon. Penggunaan ChatGPT sangat menyenangkan dan dapat berinteraksi dengan pengguna secara manusiawi.
Namun, ketika pengguna berinteraksi dengan ChatGPT, mereka mungkin langsung melihat kekurangan model ini. Meskipun menghasilkan teks dalam bahasa Inggris yang hampir bebas kesalahan, ChatGPT kadang-kadang memiliki kesalahan tata bahasa dan konten. Mereka menemukan bahwa ChatGPT seringkali mengulang lelucon yang sama dalam investigasi sebelumnya. Lelucon yang ditawarkan juga cukup akurat dan halus. Temuan ini menunjukkan bahwa model ini tidak menciptakan lelucon yang dihasilkan, melainkan menyalinnya dari data pelatihan atau bahkan dihardcode ke dalam daftar lelucon. Beberapa eksperimen berbasis prompt terstruktur dilakukan untuk mempelajari perilaku sistem ini dan memungkinkan inferensi mengenai proses generasi output ChatGPT karena cara kerja sistem ini tidak diungkapkan.
Potensi Humor Buatan dalam Interaksi Manusia-Komputer
Para peneliti dari German Aerospace Center (DLR), Technical University Darmstadt, dan Hessian Center for AI tertarik untuk mengetahui sejauh mana ChatGPT dapat menangkap humor manusia melalui investigasi berbasis prompt yang sistematis. Tiga kondisi eksperimen, yaitu penciptaan lelucon, penjelasan lelucon, dan pendeteksian lelucon, dijadikan kontribusi utama dalam penelitian ini. Istilah kecerdasan buatan sering kali menggunakan perbandingan dengan sifat-sifat manusia, seperti jaringan saraf atau frasa kecerdasan buatan itu sendiri. Selain itu, kata-kata terkait manusia juga digunakan ketika membahas agen percakapan, yang bertujuan untuk meniru perilaku manusia sebanyak mungkin. Misalnya, ChatGPT “memahami” atau “menjelaskan”.
Meskipun perbandingan ini mungkin mencerminkan perilaku dan cara kerja sistem dengan akurat, perlu ditegaskan bahwa model kecerdasan buatan yang dibahas dalam penelitian ini tidak setara dengan manusia dan paling banyak merupakan simulasi dari pikiran manusia. Penelitian ini tidak mencoba menjawab pertanyaan filosofis mengenai apakah kecerdasan buatan dapat berpikir atau memahami secara sadar.
Secara keseluruhan, perkembangan dalam bidang humor komputasional, khususnya dengan adanya model bahasa besar seperti ChatGPT, memberikan harapan untuk meningkatkan interaksi manusia-komputer dengan cara yang lebih menyenangkan dan manusiawi. Meskipun masih terdapat kekurangan dalam model tersebut, penelitian ini membuka peluang untuk terus meningkatkan kemampuan AI dalam memahami dan menciptakan humor yang lebih baik di masa depan.
Disarikan dari: Source