Palantir memamerkan bagaimana AI dapat digunakan dalam militer.

Palantir Menawarkan Platform AI yang Memungkinkan Penggunaan LLMs dan AI dalam Konteks Militer secara Etis

Palantir, perusahaan software asal Amerika Serikat, telah memperlihatkan bagaimana teknologi kecerdasan buatan (AI) dapat digunakan untuk kepentingan pertahanan nasional dan tujuan militer lainnya. Namun, penggunaan AI dalam konteks militer adalah hal yang sangat kontroversial. Oleh karena itu, Large Language Models (LLMs) dan algoritma harus diimplementasikan secara etis.

Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, Palantir menawarkan AI Platform (AIP) yang dilengkapi dengan kemampuan AI canggih dan diclaim mampu memastikan bahwa penggunaan LLMs dan AI dalam konteks militer diarahkan oleh prinsip-prinsip etika. AIP mampu mendeploy LLMs dan AI pada jaringan apapun, mulai dari jaringan yang terklasifikasi hingga perangkat pada edge.

AIP menghubungkan data intelijen yang sangat sensitif dan terklasifikasi untuk membuat representasi lingkungan secara real-time. Fitur keamanan dari solusi ini memungkinkan para pengguna untuk menentukan apa yang dapat dan tidak dapat dilihat oleh LLMs dan AI, serta apa yang dapat dan tidak dapat dilakukan oleh fungsi AI yang aman dan handoff. Kontrol dan tata kelola ini sangat penting untuk mengurangi risiko legal, regulasi, dan etika yang signifikan yang ditimbulkan oleh LLMs dan AI dalam pengaturan yang sensitif dan terklasifikasi.

AIP juga menerapkan guardrails untuk pengendalian, pengaturan, dan peningkatan kepercayaan. Saat operator dan AI melakukan tindakan di platform, AIP menghasilkan catatan digital yang aman dari operasi. Kemampuan ini sangat penting untuk penerapan AI yang bertanggung jawab, efektif, dan sesuai dengan peraturan di lingkungan militer.

Contoh Penggunaan AIP dalam Konteks Militer

Dalam sebuah demo yang menampilkan AIP, seorang operator militer yang bertanggung jawab untuk memantau aktivitas di Eropa Timur menerima peringatan bahwa peralatan militer terkumpul di sebuah lapangan sejauh 30 km dari pasukan yang bersahabat. AIP menggunakan large language models untuk memungkinkan operator untuk dengan cepat mengajukan pertanyaan seperti:

– Apa unit musuh yang berada di kawasan itu?
– Tugaskan gambaran baru untuk lokasi ini dengan resolusi satu meter atau lebih tinggi.
– Buat tiga pilihan tindakan untuk menargetkan peralatan musuh ini.
– Analisis medan perang, dengan mempertimbangkan kendaraan Stryker dan unit berukuran peleton.
– Berapa banyak jenis peluru Javelin yang dimiliki oleh Tim Omega?
– Tentukan jammers untuk setiap target komunikasi prioritas tinggi yang divalidasi.
– Ringkasan rencana operasi.

Seiring dengan pertanyaan yang diajukan oleh operator, LLM menggunakan informasi real-time yang terintegrasi dari sumber publik dan terklasifikasi. Data secara otomatis ditandai dan dilindungi oleh tanda klasifikasi, dan AIP menegakkan bagian organisasi mana yang dapat diakses oleh LLM sambil menghormati izin, peran, dan kebutuhan untuk mengetahui individu.

Setiap respons dari AIP tetap terhubung kembali ke catatan data yang mendasar untuk memungkinkan transparansi bagi pengguna yang dapat menyelidiki sesuai kebutuhan.

AIP membebaskan kekuatan large language models dan AI canggih untuk organisasi pertahanan dan militer, sambil berusaha melakukannya dengan guardrails yang sesuai dan tingkat etika dan transparansi yang diperlukan untuk aplikasi yang sensitif.

Kesimpulan

Penggunaan AI dalam konteks militer memang masih sangat kontroversial, karena risikonya yang signifikan. Namun, dengan adanya platform seperti AI Platform (AIP) dari Palantir, penggunaan teknologi kecerdasan buatan dalam konteks militer dapat diarahkan oleh prinsip-prinsip etika yang memadai. Fitur keamanan dan pengendalian yang diterapakan oleh AIP mampu mengurangi risiko legal, regulasi, dan etika yang signifikan yang ditimbulkan oleh penggunaan LLMs dan AI dalam pengaturan yang sensitif dan terklasifikasi.

Disarikan dari: Sumber